Untuk diri: 2022

Iren
2 min readMar 19, 2022

Bisikkanlah terima kasih pada diri sendiri / Hebat dia / Terus menjagamu dan sayangimu

Suarakan / Bilang padanya, jangan paksakan apa pun / Suarakan / Ingatkan terus aku makna cukup

Maafkan rambutmu yang ikal, yang makan banyak waktu untuk ditata. Tak ada yang ajarimu membiarkannya tumbuh liar, sejak kecil kau percayai harus kau paksa supaya dianggap indah. Tak apa, bahkan setelah kau potong dan kau tarik dan kau bakar selalu ada dia di sana. Biarkan dia ajarimu proses, dan menghargai pandangan yang lain.

Maafkan kakimu yang kokoh dan padat, yang makan banyak waktu untuk dicarikan busana. Banyak memar yang tak kau sadar kapan terbentuk, tapi berjalan dia tanpa keluh. Ia tau tujuannya dicipta bukan untuk dianggap cantik, tetapi untuk mengangkat lelahmu. Sakit badanmu, remuk jiwamu, ditopang engkau, dan melangkah ke semua tempat kau memperkaya diri. Biarkan ia ada: pengingat sejatinya kau dilahirkan dan dijadikan kuat, besar dan bestari.

Maafkan hatimu yang halus, yang merasa terlalu banyak. Walau sedih dan hampa dan benci kau rasa terlalu dalam, begitu juga senang dan syukur. Biarkan dirimu tenggelam ketika lengah, biar dia memaksamu istirahat. Darinya kau diantar menjadi satu dengan pikir dan tubuh, memandumu memperkaya kata agar sesak bisa kau suarakan.

Maafkan suaramu yang kecil, yang hanya ingin keluar ketika kau rasa perlu dan nyaman. Hebat ia, menjadi tanda pertumbuhanmu. Dulu kau biarkan ia sembunyi di balik takut dan marah, di balik suara-suara lain yang lebih besar. Sekarang kau dengar ia mengarahkan, menciptakan yang abstrak supaya nyata, menenangkan yang kau kasihi, bercanda dan mengamuk dan menangis tanpa malu. Dengar, sekarang bicara kau di depan orang dan mereka percaya apa yang kau inginkan. Belajar engkau karenanya, walau harus kau pelajari sendiri. Tak apa, darinya kau memahami makna berubah dan berpacu.

Banyak hal dari dirimu yang sejak dulu ditegur dan disalahkan, sebelum kau tau oleh apa kau terbentuk. Maafkan, ampuni, lepaskan. Lama engkau hilang, mencari tanpa arah, terpuruk dalam cemas. Tapi maju engkau berjalan, berani kau hadang, berubah engkau.

Memang rupanya semua dalam dirimu dicipta untuk menjadi lebih baik seiring waktu. Kau bangun itu sendirian, tanpa persetujuan, tanpa arahan. Semua yang ada pada dirimu menolak berdiam diri. Hargai dia. Hargai beranimu bertanya. Pada Sang Maha Esa, pada tulismu, pada mereka yang sudah paham hidup lebih dulu. Hargai tangguhmu melakukan, walau salah, walau dihardik, walau jatuh lagi. Tapi kau bangun.

Dua puluh dua tahun sudah, terlalu berat terus kau tanamkan benci pada diri. Sudah tak elok lagi kau bawa, sudah berubah duniamu. Hidup dan kelak-keloknya mengantarmu menjadi manusia ini: bercabang pikirnya, banyak salahnya, tapi mencintai perkembangan. Lihat, sudah begitu jauh kau berlari.

Semua yang kau anggap kerdil dulu dari dirimu, terbukti menjadi penyebab kau bersemi. Siapa sangka bisa banyak temanmu? Siapa sangka bukan hanya orang-orang itu yang berkuasa mengartikanmu? Siapa sangka kau temukan bahagia dalam kerja keras? Siapa sangka kau bisa mewujudkan yang kau damba?

Lepaskan sudah, tanggalkan bebanmu. Memang sudah saatnya kau berhenti memusuhi diri. Kau bukan lagi anak kecil penakut yang tak tau dirinya siapa.

Lepaskan, lepaskan sudah. Bebas engkau.

--

--