oktober

Iren
1 min readNov 6, 2022

Oktober datang membawa hujan, kesibukan, dan jawaban doa. Semua perasaan kulalui tahun ini, senang dan sedihnya kutelan dan kujadikan makna. Sembilan bulan aku meminta, meringis, menangis, mengadu, mengaduh. Dengan begitu banyak yang terjadi, kurasa dunia memintaku mengerti apa arti sendiri.

Sudah habis marahku, hilang tenagaku untuk bertanya. Kupanggil Ia, kuserukan di setiap napasku. Ia datang, Ia berdiam, Ia memberi. Ia menunjukkan Ia ada, walau tak banyak bicara. Mungkin inilah yang Ia minta, aku di titik Oktober: kosong, tunduk, berserah.

Tak bisa kujelaskan dengan bahasa bagaimana Tuhan membuat Oktober memunculkan yang tak mungkin hingga terjadi. Tapi aku merasa Ia bekerja.

Biar saja aku jadi bukti baiknya Tuhan, sesuai doa yang disematkan dalam namaku.

Biar saja aku yang bersaksi bahwa Tuhan menawarkan jawaban dari yang kuminta, lebih baik dan berlipat ganda, dan tak ada rasa syukur yang bisa membalas berkat-Nya.

Lalu apa jawabku bila sekarang kurasa aku tak sanggup? Apa yang harus kuceritakan pada-Nya jika aku gagal menghidupi rencana-Nya dalamku? Sudikah aku membuat Ia kecewa lagi, setelah begitu banyak yang Ia biarkan terjadi dalam hidupku?

Terlalu besarkah mimpiku, Tuhan, untuk aku yang tidak berdaya ini?

--

--